Dalam proses pembelajaran seyogianya siswa yang
menjadi fokus atau diistilahkan dengan pembelajaran aktif atau student
centre. Namun masih banyak juga guru
yang lebih dominan dan kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya. Kalau
masih seperti ini maka sebaik apa pun kurikulumnya pada akhirnya tidak akan
berhasil. Jadi sudah seharusnya lah guru merubah paradigma pembelajarannya
dengan lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya.
Usaha untuk memahami siswa dan menjadikan mereka
pembelajar yang aktif akan memudahkan usaha untuk mengaktualisasikan tujuan
pendidikan, yaitu berkembangnya karakter dan kompetensi siswa. Guru berperan
memfasilitasi proses mencapai tujuan tersebut. Untuk itu penting bagi guru
untuk memiliki kemampuan merancang pembelajaran, agar mampu merancang dan
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswanya.
Maka pada tulisan ini penulis akan menjabarkan secara
singkat apa itu pembelajaran paradigma baru yang sesuai dengan kurikulum prototipe,
profil pelajar Pancasila, dan prinsip pembelajaran pada pembelajaran paradigma
baru.
Apa itu pembelajaran paradigma baru?
Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran
untuk berpusat pada peserta didik. Dengan paradigma baru ini, pembelajaran
merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan
proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki pembelajaran
sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Pembelajaran paradigma baru memberikan
keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
Pada pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila
berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam
sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen. Untuk kerangka
pengembangan pembelajaran pada pembelajaran paradigma baru dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Bagaimana profil pelajar yang ingin dibentuk oleh pembelajaran paradigma
baru?
Pada Profil Pelajar Pancasila, kompetensi dan
karakter yang dapat dipelajari lintas disiplin ilmu tertuang dalam 6 dimensi.
Setiap dimensi memiliki beberapa elemen yang menggambarkan lebih jelas
kompetensi dan karakter yang dimaksud. Selaras dengan tahap perkembangan
peserta didik serta sebagai acuan bagi pembelajaran dan asesmen, indikator
kinerja pada setiap elemen dipetakan dalam setiap fase. Pada gambar di bawah
ini dapat dilihat dimensi dan capaian yang diharapkan dari profil pelajar Pancasila.
Kompetensi dan karakter yang dijabarkan dalam
Profil Pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri
setiap individu peserta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran
intrakurikuler, projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, maupun
ekstrakurikuler.
Struktur kurikulum menjadi dasar perancangan pembelajaran
intrakurikuler dan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sementara itu,
kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah dapat dikembangkan oleh satuan pendidikan
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Apa yang perlu diperhatikan dalam menerapkan prinsip pembelajaran pada pembelajaran paradigma baru?
Pembelajaran paradigma baru dilaksanakan dengan
mengacu pada prinsip pembelajaran sebagai berikut:
1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan
belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam
sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
Hal-Hal
yang Perlu Dilakukan:
a. Melakukan analisis terhadap kondisi, latar belakang, tahap perkembangan
dan pencapaian peserta didik sebelumnya dan melakukan pemetaan.
b. Melihat tahap perkembangan sebagai kontinum yang berkelanjutan sebagai
dasar merancang pembelajaran dan asesmen.
c.
Menganalisis lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang
dimiliki peserta didik, pendidik dan sekolah untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
d. Menurunkan alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik.
e.
Melihat segala sesuatu dari sudut pandang peserta didik.
2.
Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun
kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Hal-Hal
yang Perlu Dilakukan:
a. Mempertimbangkan berbagai stimulus yang bisa digunakan dalam
pembelajaran.
b.
Memberikan kesempatan kolaborasi, memberikan pertanyaan pemantik
dan mengajarkan pemahaman bermakna. Untuk pembelajaran bermakna maka guru harus
menghindari pembelajaran dengan hanya selalu memberikan pemaparan dalam bentuk
ceramah dan instruksi tugas.
a.
Pembelajaran yang sarat dengan umpan balik dari pendidik dan
peserta didik ke peserta didik. Selama ini guru hanya memberikan pertanyaan
selalu dalam bentuk soal dan dinilai benar atau salah, tanpa umpan balik atau
refleksi serta penilaian sumatif yang lebih dominan dibandingkan penilaian
formatif.
b.
Pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan menggunakan kekuatan bertanya, dengan
memberikan pertanyaan yang membangun pemahaman bermakna.
3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan
karakter peserta didik secara holistik.
Hal-Hal
yang Perlu Dilakukan:
a. Menggunakan berbagai metode pembelajaran mutakhir yang mendukung
terjadinya perkembangan kompetensi seperti belajar berbasis inkuiri, berbasis projek,
berbasis masalah, berbasis tantangan, dan metode pembelajaran diferensiasi.
Selama ini sering guru menggunakan satu metode yang itu-itu saja tanpa
melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan.
Lihat juga: Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Pembelajaran Berbasis Proyek, Metode Pembelajaran Diferensiasi.
b. Melihat berbagai perspektif yang mendukung kognitif, sosial
emosi, dan spiritual. Jangan hanya menggunakan satu perspektif misalnya hanya melihat
kemampuan kognitif peserta didik, tanpa melihat faktor lain seperti sosial
emosi atau spiritual.
c. Melihat profil Pancasila sebagai target tercermin pada peserta
didik. Profil pelajar Pancasila ini bukanlah sesuatu yang harus diajarkan dan
dihafal oleh siswa, namun merupakan hasil akhir dari pembelajaran.
4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang
sesuai konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua
dan masyarakat sebagai mitra.
Hal-Hal
yang Perlu Dilakukan:
a. Pembelajaran yang berhubungan dengan konteks dunia nyata (kontekstual)
dan menjadi daya tarik peserta didik untuk belajar.
b.
Melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua
arah dan saling memberikan umpan balik.
c. Memberdayakan masyarakat sekitar sebagai narasumber primer
maupun sekunder dalam proses pembelajaran.
5.
Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Hal-Hal
yang Perlu Dilakukan:
a.
Umpan balik yang terus menerus dari pendidik untuk peserta didik
maupun dari peserta didik untuk peserta didik. Jadi proses pembelajaran bukan
bertujuan untuk tes atau ujian akhir saja.
b. Pembelajaran yang membangun pemahaman bermakna dengan memberi dukungan
lebih banyak di awal untuk kemudian perlahan melepas sedikit demi sedikit dukungan
tersebut untuk akhirnya menjadi pelajar yang mandiri dan merdeka.
c. Guru melakukan berbagai inovasi terhadap metode dan strategi
pengajarannya. Sehingga guru harus meninggalkan pembelajaran dengan kegiatan
yang sama dari tahun ke tahun dengan soal tes dan ujian yang sama.
d. Mengajarkan keterampilan abad 21. Jadi keterampilan abad 21 itu bukan melalui mengetes atau menilai namun harus mengajarkan keterampilannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar